Senin, 26 Agustus 2013

Lebaran di Kalapa Gunung Kuningan

Hari pertama, Selasa 6 agustus 2013

Walau berangkat dari Bandung sekitar pukul 07.10 dalam keadaan lengang dan lancar tetapi memasuki tanjakan Ciromed Jatinangor perjalanan mulai terhambat. Pagi itu waktu telah menunjukan pukul 08.15 WIB tanjakan Ciromed mulai terlihat padat merayap. Sesekali terdengar bunyi-bunyian nyaring tetabuhan mengiringi aksi-aksi lucu topeng monyet yang cukup menghibur penatnya antri di tanjakan Ciromed. Butuh waktu sekitar hampir 30 menit sampai Perjalanan mulai lancar kembali ketika mobil telah meninggalkan sumber kemacetan yaitu Pasar Tanjungsari. Jalan yang sempit, pasar tumpah, tidak tegasnya petugas kepolisian lalin dan kurangnya kesadaran dan disiplin pengguna jalan dalam menyebrang dan berputar arah menjadikan kawasan pasar Tanjungsari langganan sumber macet baik di hari2 biasa terlebih di hari2 Raya seperti Idul Fitri 1434H ini.

Bismillah..Ready to Go! 
Pemilihan waktu keberangkatan yaitu selasa pagi tanggal 6 Agustus ternyata adalah pilihan yang sangat tepat. Panjangnya hari libur membuat para pemudik mempunyai banyak pilihan / alternatif hari untuk pulang kampung sehingga kemungkinan besar jumlah pemudik banyak berkurang tercicil mendekati hari H. Lengangnya jalan membuat perjalanan menjadi terasa sangat menyenangkan apalagi setelah memasuki kawasan Mandirancan. Untuk membuat perjalanan menjadi lebih menyenangkan dan berkesan, Mandirancan adalah rute wajib yang selalu kita pilih setiap tahun mudik. Berbeda jauh dengan rute Cirebon yang penuh dengan padatnya kendaraan-kendaraan besar, gersang berdebu dan panas, Rute Mandirancan jauh dari kesan itu. Untuk mengambil Rute Mandirancan, tepat di pertigaan Kadipaten Cirebon ambil belokan ke kanan ke arah Majalengka dan sesampainya di tugu bunderan Majalengka Cikijing ambil lurus dan disarankan untuk tidak belok kanan mengambil rute Cikijing karena walaupun tujuannya sama ke Kuningan tetapi rute Cikijing lebih berat dan lebih jauh. Rute Mandirancan lebih disukai karena lalu lintas yang tidak padat, Pemandangan asri, sawah menghampar, di kanan kiri pohon rimbun memberikan hawa sejuk yang menyegarkan. Terlebih di sepanjang perjalanan dari kejauhan Gunung Ceremai terlihat seperti melambaikan tangannya untuk segera menghampirinya.
Tampak "Dado" panggilan sayang Andriz berpose sama
"Titah" panggilan sayang Bibinya,
sesaat setelah sampai di rumah Kalapa Gunung
Tidak terasa pukul 12.05 Alhamdulillah kami tiba dengan selamat di tujuan, desa Kalapa Gunung jalan Kacamatan tepat berada di kaki Gunung Ceremai. Bagi Andriz, si bungsu, moment ini adalah hal yang sangat ditunggu-tunggunya. Berbeda dengan kakaknya, Faza yang lebih menyukai menghabiskan waktu didepan netbooknya ( walau berada di Kuningan dan di hari Lebaran! ), Andriz mempunyai jiwa alam yang kuat. Penyayang binatang sekaligus penggemar nuansa alam. Dia bisa betah seharian bermain dengan saudara-saudara sepupunya di ladang dan sawah untuk mencari ikan, ketam / "keuyeup" dan binatang-binatang lainnya yang jarang atau malah tidak pernah dia temukan di Bandung :-D.
Baso Khas Kuningan
yang membuat lidah bergoyang
Di hari pertama, selain wajib mengunjungi Ua di Kota Kuningan, satu-satunya kakak Almarhum Abah mertua yang masih hidup, ada juga ritual wajib yang selalu kita lakukan yaitu pergi ke pasar Kurucuk untuk membantai Baso khas Kuningan! Mangkal tepat di depan Pasar Kurucuk, Baso Putra Solo punya banyak penggemar dan pelanggan, butuh sedikit kesabaran dan waktu untuk bisa mendapatkan tempat duduk. Baso khas Kuningan ini mempunyai cita rasa khas yang belum pernah kita temukan di Bandung. Anehnya dari semua tukang baso yang ada di Kuningan, khas cita rasa yang disajikan antara tukang baso satu dengan lainnya sama persis dan hampir tidak ada perbedaan , cuma buat keluarga kami, tukang Baso yang ada di depan pasar Kurucuk ini telah menjadi langganan bertahun-tahun serta memiliki sejarah dan kenangan tersendiri sehingga tidak afdol rasanya kalo kita pergi ke tempat lain walaupun rasanya tidak jauh berbeda. Perpaduan yang pas antara mihun, Baso serta kuahnya yang lezat seperti magnet yang selalu menggoda lidah kita untuk selalu datang lagi ke tempat ini setiap tahunnya.

Hari Kedua di Kuningan, Rabu 7 Agustus 2013

Tampak anak2 kecil keliling kampung
membawa baskom kecil untuk
mengumpulkan beras dari setiap rumah
Berhubung di hari ini masih dalam suasana Shaum maka kami sekeluarga lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Waktu istirahat kami tiba-tiba sedikit dikagetkan dengan suara riuh kentongan dan kendang serta teriakan-teriakan anak kecil. Ada tradisi unik dimana anak-anak kecil keliling kampung dengan membunyikan tetabuhan sambil masuk dari pintu ke pintu meminta beras.
Ketika hari menjelang siang terjadi suatu hal yang cukup mengagetkan, mengganggu sekaligus membuat kita panik yaitu ketika mengetahui di seluruh Kuningan ( dan belakangan kami mendengar juga di Cirebon ) Stok Gas 3Kg tidak ada atau seakan lenyap di pasaran! persiapan membuat opor dan ketupat menjadi kacau dan terganggu! kami segera berinisiatif untuk pergi keliling Kuningan untuk mendapatkan Bahan Bakar Gas tersebut namun sayang sampai sore menjelang kami tak kunjung juga mendapatkan satupun! Beruntung di detik2 terakhir ketika gas cadangan juga Habis!, saudara Alm Abah, kebetulan rumahnya bersebelahan, yang sebelumnya juga diminta bantuan untuk mencarikan di kampung sebelah, tepat setelah Maghrib Alhamdulillah barang yang kami tunggu-tunggu itu akhirnya datang juga, didapat dari agen yang ternyata baru kami sadari lokasinya tidak jauh dari rumah Kalapa Gunung ( salah satu agen gas yang ada di Kuningan ) Mengetahui hal ini saya segera langsung mengambil dan mengisi tabung kedua untuk cadangan.

Langit Kuningan ditaburi nyala api mercon
Semenjak setelah shalat Isya, Suara Gema Takbir tidak henti-hentinya mengumandang dari seluruh mesjid yang ada di Kuningan. Kemeriahan malam takbiran di Kuningan terasa sangat berbeda dengan di Bandung. Takbir keliling memakai mobil bak terbuka ( di kota Bandung telah lama dilarang ), Bunyi petasan dan Mercon bersahut-sahutan dengan gema takbir di Masjid mengingatkanku pada pengalaman lebaran di Bandung waktu kecil, sungguh merupakan suatu pengalaman yang sangat berkesan.
Dibantu Kiki sepupunya,
Andriz dan faza tampak menyalakan petasannya
Suara tawa dan canda Andriz, Faza serta saudara sepupunya, Kiki terdengar seiring bunyi petasan dan mercon yang dinyalakannya. Malam yang begitu indah itu terasa milik mereka berdua.



Hari Ketiga di Kuningan Hari Raya Idul Fitri 1434H, Kamis 8 Agustus 2013
latar belakang gunung Ceremai
sesaat setelah shalat Ied 
Sesaat setelah shalat subuh ditunaikan kami pun bersiap-siap untuk pergi shalat Ied. Tahun lalu kami shalat Ied di mesjid Kalapa gunung tetapi karena pengalaman kemarin yang susah mendapatkan tempat yang tumaninah sehingga kami memutuskan tahun ini Shalat Ied dilakukan di Mesjid Alun-alun Jalaksana.
Mungkin karena kami datang terlalu awal sehingga Jamaah yang datang pagi itu belum begitu banyak, mobil kami parkir di depan supermarket yang cukup besar di Kuningan yaitu Surya. Jelang waktu Shalat Ied dimulai, mesjid pun mulai dipadati para Jamaah. Tercatat sisi kiri dan kanan serta jalan raya depan mesjid penuh terpakai, sampai-sampai GOR sebelah mesjid juga dimanfaatkan untuk jamaah perempuan. Ada hal unik yang belum pernah saya temukan di Bandung yaitu peredaran kencleng mesjid yang biasanya di Bandung dilakukan dengan cara mengestafetkan kotak amal, di Kuningan digantikan dengan seorang jamaah berkeliling masjid membawa semacam kantong kain besar menyodorkannya pada masing-masing jamaah yang hendak memberikan dermanya, jadi malu kalo ternyata tidak membawa uang untuk kencleng ..sungguh unik hehe..
Hucap Tahu Kecap
salah satu Makanan khas Kuningan
Hari itu waktu banyak dihabiskan dengan saling kunjung mengunjungi sanak saudara dari pihak Ibunya anak-anak terutama nenek dari pihak Alm.Abah di Sindangbarang yang Alhamdulillah masih ada sehingga menjadi salahsatu tujuan wajib silaturahmi. Malamnya kami pergi ke Mesjid Alun-alun Kuningan "Syi'arul Islam untuk sekedar shalat Isya dan makan makanan khas Kuningan yang banyak terdapat di daerah sekitar mesjid, Hucap “ Tahu Kecap” yaitu makanan sejenis Kupat tahu cuma minus toge dilengkapi tahu cilamping khas Kuningan ( diproduksi di desa Cilamping, bentuk dan rasanya persis seperti tahu Sumedang cuma sedikit kopong ). Rasa Hucap akan terasa lebih gurih dan nikmat bila ditambah kerupuk atau beca ( bukan becak lo tapi sejenis cracker sejenis opak ). Malam yang indah di Kuningan kota.

Hari keempat di Kuningan, Sabtu 10 Agustus 2013
Siang itu setelah selesai bersilaturahmi, kendaraan kami langsung arahkan ke daerah Cigugur, tempat wisata dimana terdapat Ikan Dewa. Kami sengaja tidak memilih Ikan Dewa daerah wisata Cibulan karena diprediksi hari-hari liburan Lebaran ini akan banyak disesaki para pengunjung dari bebagai daerah setempat sehingga sering terjadi kemacetan total! Daerah-daerah wisata Kuningan yang wajib dihindari pada hari Raya terutama Hari Lebaran yaitu : Linggar jati, Cibulan dan Cidomba! Dijamin apabila memaksakan diri untuk pergi ke tempat tersebut siap-siap untuk stress terjebak kemacetan lalu lintas yang seringkali sampai total!!
Perahu Kayuh Rp.5.000/15 menit
Faza dan Andriz sedang
mencoba terapi Ikan Dewa
Wisata Ikan Dewa Cigugur letaknya di Desa Cigugur dekat Palutungan agak jauh ke luar kota Kuningan sehingga tidak terlalu begitu banyak pengunjung yang datang. Dengan tiket seharga Rp.10.000 untuk dewasa dan Rp.7.000 untuk anak kecil, Cigugur memberikan fasilitas wisata yang lumayan menarik, mulai dari menyediakan terapi kaki Ikan dewa gratis, berenang sampai berperahu kayuh Rp.5.000/ 15 menit. Puas menikmati pemandangan dan terapi kaki, kami beristirahat makan siang dibawah pohon rindang. Makan kumpul bersama keluarga dibawah pohon rindang sungguh membuat suasana makan menjadi sangat nikmat, ceria dan menyenangkan.

tempat straw / sedotan yang unik
di sentra susu murni cigugur 
Di perjalanan pulang menuju Kuningan masih di daerah Cigugur, kami mampir di sebuah kedai susu murni yang memang daerah itu terkenal dengan sentral pengembangbiakan sapi perahnya mirip-mirip Lembang lah. Tersedia susu sapi murni, youghurt dan es youghurt berbagai rasa.
Berhubung jalan raya utama Kuningan saat itu sangat padat merayap kami memutuskan untuk memilih jalur jalan tikus daerah desa Cilamping sentra tahu Cilamping yang kebetulan belum banyak orang tahu. Kami menyempatkan membeli tahu khas Kuningan itu langsung dari pengrajinnya.
Sebelum pulang kebetulan jalan tembus mengarah ke jalan Kurucuk, disitu ada toko kelontong terkenal yaitu toko Jana yang menyediakan berbagai barang sandang yang murah-murah ( mungkin karena disesuaikan dengan pangsa pasarnya ). Andriz bisa mendapatkan jam tangan digital bagus cuma seharga Rp.35.000 dan tas sekolah seharga Rp.100.000 berkualitas sangat bagus, sementara sendal branded yang di Bandung berharga Rp.75.000 disini kami bisa mendapatkannya dengan harga Cuma Rp.64.900..lumayan.

Hari Terakhir di Kuningan, Minggu, 11 Agustus 2013
Surabi enak dari Mandirancan
Untuk memburu Surabi asli tepung beras Mandirancan kami sengaja start dari rumah pukul 06.00 pagi, siang sedikit dijamin bakal kehabisan! kebetulan malam sebelumnya kami sudah beres packing sehingga setelah shalat subuh tidak banyak waktu yang terbuang untuk persiapan pulang ke Bandung. Sesampai di tujuan orang sudah banyak yang mengantri sehingga membutuhkan waktu sekitar 30 menit untuk bisa menikmati lezatnya surabi Mandirancan. Sarapan dengan Surabi mandirancan yang nikmat dan lezat sungguh selain menghangatkan juga mengenyangkan.

Kolam Renang Tirta Indah
Majalengka 
Di daerah Majalengka kami mampir di sebuah kolam renang “Tirta Indah” semacam waterboom yang mempunyai fasilitas lumayan lengkap. Dengan tiket Cuma Rp.15.000 / orang, Andriz dan faza bisa sepuasnya naik turun slider setinggi 15 meter dan 10 meter. Terbagi 3 ( tiga ) bagian kolam, kolam khusus anak kecil yang difasilitasi dengan ember tumpah, kolam 1,5m dan kolam lomba.
Sama seperti perginya, pulang ke Bandung, perjalanan terbilang cukup lancar. Tidak ada kemacetan yang berarti, perjalanan cuma sedikit terhambat di daerah pertemuan kadipaten Cirebon, selebihnya perjalan an lancar sampai selamat tiba di Bandung, Alhamdulillah. Lebaran yang menyenangkan dan berkesan.

2 komentar:

  1. wah orang kalapa gunung juga mas...
    ngomong-ngomong disebelah mana ya klp.gunungnya ?
    kecamatan bukan ?

    BalasHapus
  2. Betul sekali mas blogspot--id daerah kecamatan, masblogspot--id orang kuningan juga ya? saya orang Bandung pituin cuma istri orang Kuningan....:-)

    BalasHapus

Pizza dan Pasta

Cafe Milan Jl.Pelajar Pejuang 45 no.91 Warung Pasta, Jl.Ganesha no.3 Farfalle Pasta, Jl.Lemah Neundeut no.1E Fashion Pasta, Jl. P...