Senin, 25 November 2013

Minggu Pagi di Gasibu Bandung....


Gasibu terletak tepat di seberang Gedung Sate Bandung, Jawa Barat dan merupakan akhir dari jalan layang Pasteur-Cikapayang.Posisi lapang Gasibu menghubungkan antara Gedung Sate dengan taman yang membentang sampai ke Kampus Universitas Padjajaran dan berujung di Monumen Pancasila.
Dahulu pada zaman Belanda, tanah lapang itu bernama Wilhelmina Plein dan pada tahun 1950-an, tanah lapang berganti nama menjadi Lapangan Diponegoro.Kemudian di tahun 1955, lapangan ini berganti nama menjadi Lapangan GASIBU yang merupakan kepedekan dari Gabungan Sepak Bola Indonesia Bandung Utara.
Berbagai Barang kebutuhan,
pakaian dan kuliner tersedia disini 
Namun belakangan dengan hadirnya pasar dadakan atau sering disebut pasar kaget, Lapangan GASIBU pada hari Minggu pagi menjadi ramai dipenuhi oleh bermacam orang dari berbagai kalangan masyarakat sehingga menjadikan tempat ini sangat padat dan tidak jarang menyebabkan kemacetan di area itu.
Berawal dari beberapa pedagang kuliner dadakan eklusif atau bahkan para mahasiswa yang sedang menggalang dana dengan menjajakan dagangannya dengan menggunakan mobil pribadi untuk masyarakat yang sedang memanfaatkan lapangan untuk berolahraga, kini Gasibu berubah menjadi tempat tujuan wisata kuliner dan berburu barang-barang atau pernak-pernik murah yang berlangsung pada tiap hari Minggu pagi mulai pukul 06.00 pagi sampai dengan pukul 12.00 siang
Jajanan makanan ringan Khas Bandung juga
banyak terdapat disini
Mulai dari yang berjualan, berolahraga, sekedar jalan-jalan, mencari makanan ataupun ingin berbelanja berbaur menjadi satu di pasar ini. Barang yang dijual di sini juga beraneka ragam,mulai dari sayuran, hewan peliharaan, tas,jam tangan, alat-alat elektronik , asesoris Handphone serta pedagang yang menjajakan pakaian, jaket kulit,bermacam-macam sepatu olah raga sampai casual, celana jeans dan berbagai macam aksesoris dengan harga yang relatif murah.
Es lilin tradisional Sunda yang telah
bertransformasi menjadi lebih modern
Bagi para pecinta kuliner, pasar kaget Gasibu merupakan surganya makanan khas kaki lima, karena di sini tersedia berbagai macam jajanan dan makanan, seperti nasi tim ayam, bubur ayam, sate ayam, nasi bakar, nasi timbel, mie kocok, nasi goreng. Sate Jebred, Lontong Kari, Nasi Campur, Semur Jengkol, macam-macam Gulai, macam-macam buntil dan masih banyak lagi. Di sini juga tersedia berbagai macam cemilan seperti cireng isi, es durian, cakue, lumpia basah, serabi, telur bebek panggang, batagor, siomay , Jamur Krispi dan berbagai macam kue.
Suasana taman yang tampak Asri
dan menyejukan mata
Minggu, 24 Nov lalu, setelah sekian lama absen, saya beserta anak istri kembali menjabani Gasibu, saya mencatat ada yang sedikit berbeda dengan kondisi Gasibu sekarang, tepat didepan Gedung Sate yang dulu sangat tidak terurus mulai dari trotoar yang rusak sampai rumput-rumput liar yang dibiarkan begitu saja. Namun kini berubah lebih baik, Gedung Sate menjadi terlihat sangat berwarna, ceria, lebih asri dan berbunga, kini radius 100m didepan Gedung keadaan dikondisikan steril dari para pedagang dan lebih dikonsentrasikan ke jalan Sentot, Diponegoro-Supratman dan jalan Trunojoyo. Hal ini tentunya menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat dan para pelancong yang baru kali pertama di kota Bandung untuk menyempatkan diri berfoto ria di depan Gedung Sate. Kami Masyarakat Bandung mengharapkan Pemkot untuk bisa memperbanyak lagi taman-taman kota sehingga Bandung kembali lagi menjadi Bandung yang Asri, Berbunga dan Sejuk.
Murah tapi Muantapps..!!
Sebelum pulang, kami menyempatkan untuk menikmati Mie Baso langganan yang mangkal tepat didepan P4TK, Dengan cuman Rp.10rb / porsi kami bisa menikmati lomie komplit nan uenak puool..silakan dicoba!

Senin, 28 Oktober 2013

Pengemis di Bandung...







Munculnya spanduk akhir-akhir ini di kota Bandung yang melarang warga masyarakat untuk memberi uang pada para pengemis di jalanan dan tempat-tempat umum tentunya tidak boleh langsung diartikan melarang orang untuk berbuat kebaikan tetapi lebih kepada madharat dan dampak sosial yang ditimbulkannya. Melihat fakta dan kenyataan di lapangan, seharusnya warga masyarakat Kota Bandung sadar bahwa kalau para pengemis ini hampir seluruhnya adalah oknum kumpulan aktor-aktris profesional yang terorganisir yang berhasil menipu lewat penampilan kelemahan fisik atau memanfaatkan anak dibawah umur untuk mendapatkan uang. Meminta sejatinya adalah suatu kegiatan situsional temporer yang terpaksa dilakukan apabila segala daya upaya telah dilakukan tetapi tidak membuahkan hasil. Lucunya yang terjadi sekarang, kegiatan ini malah dijadikan sebagai ajang pekerjaan tetap alias profesi untuk mencari uang sementara baik kondisi fisik dan sosial maupun taraf hidup samasekali tidak memberikan alasan bahkan momentum yang menyudutkan mereka untuk mengambil jalan pintas sebagai pengemis.
Di Bandung, tepatnya di RT 9 RW 4 Kelurahan Sukabungah, Kecamatan Sukajadi banyak warganya yang "berprofesi" sebagai pengemis. Warga sekitar menyebutnya 'Kampung Pengemis'. Di 'Kampung Pengemis'ini, warganya yang umumnya para pendatang 'berprofesi' sebagai pengemis mampu menyewa kamar kos sederhana dengan tarif rata-rata Rp 200 ribu per bulan atau Rp 2,4 juta per tahun. Dan yang lebih mengejutkan lagi malah ada beberapa pengemis yang sanggup ikut arisan senilai Rp 500 ribu setiap minggu. Artinya dalam satu bulan Rp 2 juta. Wow! dengan penghasilan seperti itu tidak heran kalau mereka sanggup memberi Uang Jajan Anak Rp 5 Ribu per hari! (sumber detik.com) Banyak sekali catatan miring tentang pengemis profesional ini, contohnya cak-to Pengemis terkaya se Indonesia yang memiliki mobil mewah , Gaji Pengemis DiJakarta Lebih Besar Dari Umr 2013Pengemis Ini Peroleh Rp 25 Juta dalam 15 Hari di Pancoran dan banyak lagi.
Ada hal yang lucu dan menggelitik penulis Ketika walikota Bandung menawarkan suatu program memanusiakan para aktor ini untuk mendapatkan pekerjaan yang halal sebagai penyapu jalanan, namun dengan arogannya, para pengemis ini lewat koordinatornya memunculkan tuntutan Gaji Rp 4 Juta hingga Rp 10 Juta apabila walikota berani mengusik mempekerjakan para "pemalas-pemalas" ini! Hallooo..Para Buruh aja yang mati-matian memperjuangkan UMR tidak pernah sampai menyentuh angka segitu! Suatu hal yang sangat menggelikan atau mungkin sebagian orang merasa mual mendengarnya. Sangat jelas kalau mereka bukanlah tipe manusia pekerja atau orang-orang yang terbiasa bekeja keras.
Diluar nalar dan kewajaran Sungguh aneh ketika mereka kaum pendatang merasa punya daya tawar dan diatas angin daripada tuan rumah? Tidak masuk diakal ketika pendatang yang notabene sebagai tamu atau "semah yang betul-betul ngahesekeun nu boga imah"datang masuk ke kota Bandung dan meminta perlakuan yang istimewa? who do you think you are? just get back to where you once belong!
Satu-satunya cara kita selaku warga masyarakat pituin Bandung yang bisa dilakukan yaitu Stop memberi uang pada para Pengemis-pengemis di jalanan dan tempat-tempat umum. Pemberian "sedekah"( di mata mereka tak ubahnya seperti "GAJI"!) menjadi salahsatu pemicu meningkatnya jumlah Pengemis di kota Bandung ( Dinas Sosial mencatat sebanyak 900 orang pengemis di jalanan Kota Bandung ). Disadari atau tidak Warga Masyarakat Bandung "pemberi sedekah" ini pada kenyataannya mempunyai andil yang sangat besar dalam mendukung semakin menjamurnya profesi ini. Masih banyak Mesjid, panti jompo, panti asuhan, sanak saudara atau bahkan tetangga yang masih memerlukan bantuan kita, kenapa harus disalurkan dijalan dan tempat umum? Jangan lalu muncul pemikiran kalau hak anda untuk memberi merasa dibatasi, pikirkanlah betapa besar madharat dan dampak sosial yang ditimbulkan dan kenyataan itu sangat tidak sebanding dengan uang receh yang anda berikan.